Sebagai salah satu orang yang mendukung mazhab hidup dan kerja perlu mengikuti passion, selalu saja ada diskusi menarik dengan orang-orang di sekitar saya. Tidak jarang juga mereka berdiskusi dan mengatakan bahwa yang namanya mengikuti passion tidak semudah membalik telapak tangan begitu saja. Tidak semudah seorang Arry Rahmawan yang sudah memiliki passion menulis dan mengajar (training). Lebih dari itu, ternyata memikirkan apa passion kita bisa menjadi pelik.
Inilah masalah yang dihadapi bagi orang yang memilikiย passion: sulit mencintai apa yang dikerjakan, dan bersifat permisif terhadap pekerjaan tertentu (misal: ‘ah, passion gue kan bukan itu. Males ah!’). Diskusi lebih menarik lagi jika saya sedang berkumpul dengan inner circle saya yang rata-rata punya bisnis sendiri. Perlukah passion itu? Benarkah passion tidak penting? Benarkah karir atau pekerjaan itu lebih penting daripada passion itu sendiri?
Jawaban saya: keduanya sama pentingnya. Hanya saja, hal tersebut ditujukan pada orang yang berbeda. Banyak orang bilang bahwa, bukanlah passion yang penting. Namun selama kita bisa membuat hidup yang lebih baik, pekerjaan apapun yang kita lakukan, its okay! Inilah fenomena yang sering terjadi sekarang ini. Orang rela kerja pagi pulang malam. Macet-macetan di Jakarta, kerja 12 jam lebih dalam sehari. Biarlah hidup ini sedikit melelahkan, yang penting proses dan hasil. Ada uangnya. Hidup itu perlu perjuangan. Keras bung! Keras!
Sementara, bagi saya, era itu sudah lewat karena sekarang orang sudah bisa dengan bebas memilih. Dulu, orang tidak memiliki pilihan untuk mengembangkan passion dan cenderung bekerja dalam industri-industri penyedia lapangan pekerjaan. Apapun pekerjaannya, tidak peduli menyenangkan atau tidak, yang penting berpenghasilan. Ada kesempatan ambil saja! Jenuh tidak peduli, yang penting kerja dan menghasilkan.
Sekarang berbeda. Zaman sekarang sungguh berbeda. Walaupun saya adalah kelahiran generasi 90 an, namun saya tahu bahwa dulu menuruti passion kita adalah suatu hal yang sangat gila. Anda tidak mungkin melakukannya jika tidak punya faktor pendongkrak. Sementara, sekarang semua itu ada: uang, relasi, teknologi, dan masih banyak lagi. Dalam tulisan-tulisan saya, saya seringkali menyebutnya dengan happynomics! Hobi sekalipun bisa jadi duit!ย (Lebih lengkap baca tulisan saya, Hobi yang Menghasilkan).ย Zaman ini memungkinkan kita untuk bekerja sesuai dengan yang kita inginkan. Lebih dinamislah istilahnya, tidak perlu jadi orang yang kaku. Kita bisa memilih berjalan di jalur kita sendiri, ketimbang hidup di jalur orang lain.
Informasi mengalir begitu deras dan cepat. Tidak perlu kita mengeruk semua informasi ke dalam kepala kita. Cukup cari passion kita di mana, gali informasi yang tepat, belajar pada ahlinya, dan di saat itu pula kita bisa bekerja sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Oleh karena itu, menurut saya tidak ada yang perlu dibenturkan antara passion dengan pilihan karir atau proses. Ada juga yang membenturkan antara bisnis dengan passion. Menurut saya semua itu sinergi dan sangat pas. Kecuali, jika Anda memang tidak menemukannya maka perlu menciptakan kesempatan itu sendiri atau memaksa diri Anda bekerja di bidang yang sebenarnya bukan bidang Anda. Itu adalah pilihan Anda.
Semoga bermanfaat dan selamat mencoba! Semoga hari Anda dapat terus bersemangat!
Ingin berkomunikasi dengan saya?ย Follow saja @ArryRahmawan
*Anda inginย request tips dan trik bisnis untuk memecahkan masalah yang sedang Anda hadapi? Silakan tinggalkan komentar Anda. Temukan artikel berkualitas seputarย bisnisย danย pengembangan diriย diย ArryRahmawan.netย setiap harinya.Klik di sini untuk mendapat kiriman artikel langsung ke email Anda. Gratis!
