ALASAN-alasan yang kita lontarkan terkadang menjadi penghambat untuk kemajuan kita sendiri. Sebagai contoh misalkan sebagai mahasiswa saat melihat temannya mendapatkan IPK Cum Laude dan dia tidak, maka kemudian beralasan, “terang saja dia mendapatkan IPK Cum Laude toh dia otaknya pinter banget.”
Kemudian ada lagi saat misalkan saya berkumpul di komunitas pengusaha dan ada seorang pengusaha sukses yang sedang bercerita pengalamannya, eh tiba-tiba ada yang berkomentar, “terang saja dia sukses toh jaringannya ada di mana-mana. Sementara saya gimana bisa sukses lha wong jaringan saya sedikit.”
Sampai kapankah kita ingin terus beralasan seperti itu?
Ada orang yang menganggap kesuksesan dan kemenangan itu hanya milik orang-orang tertentu. Sehingga dia beralasan bahwa takdirlah yang menentukan bahwa dia terlahir sebagai orang yang kalah.
Ada orang yang menganggap kecerdasan dan kepintaran hanya milik orang-orang tertentu sehingga dia beralasan bahwa prestasi akademiknya biasa dan tidak kunjung meraih sukses karena dia tidak cerdas. Kita bisa belajar dari Andrie Wongso yang tidak tamat SD namun bisa sukses.
Ada orang yang menganggap keberuntungan hanya milik orang-orang tertentu sehingga banyak dari mereka yang menganggap nasib mereka saat ini karena mereka terlahir tidak beruntung. Kita bisa belajar dari Nick Vujicic yang tidak memiliki tangan dan kaki namun mampu menginspirasi ribuan orang untuk terus maju dan berprestasi.
Allah pun sudah memberitahukan kepada manusia bahwa tidaklah akan berubah nasib suatu kaum sebelum dia merubah dirinya sendiri. Kadang kita fokus ingin mengubah lingkungan dan sekitar kita yang harusnya menuruti kita sehingga kita lupa untuk mengubah diri kita sendiri. Maka dari itu kesuksesan sebenarnya tergantung dari ATTITUDE yang kita miliki dan bagaimana kita membentuk ATTITUDE tersebut.
Sebagai penutup, berikut ini sebuah video inspiratif untuk mengurangi alasan dan pembenaran kita terhadap sebuah kekalahan:
Ingin ngobrol lebih lanjut dengan saya? Follow saja @ArryRahmawan
