Pernahkahย Andaย mendengar ada seseorang yang mengatakan, “Jika Anda ingin sukses, maka tidak perlu Anda sekolah tinggi – tinggi.”ย Saya adalah orang yang lahir dari praktisi kewirausahaan ketika kuliah. Selama kuliah, saya sering sekali mendengar nasihat seperti demikian dari mereka yang memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan sekolah dan memutuskan untukย fullย dalam bisnis. Akhirnya saya sampai pada kesimpulan : orang yang mengatakan hal tersebut tidak berpikir secaraย menyeluruh. Hanya berpikir parsial.
Mereka melihat fenomena bahwa lulusan dari perguruan tinggi hanyalah menjadi seorang sarjana kertas yang hanya mampu hitung – menghitung dalam kelas. Akibatnya, mereka sulit mendapat pekerjaan dan hanya bisa menjadi pengangguran berijazah. Tidakย biasa menghadapi apa yang namanyaย real worldย atau realita dunia.ย Mereka tidak biasa dihadapkan pada masalah – masalah yang ada di mana jawabannya bukan sekedar satu atau dua, tapi bisa minus, koma, dan sebagainya. Lulusan perguruan tinggi umumnya terlihat tinggi diย hardย atauย technical skillย namun lemah dalamย soft-skill.
Masalah dunia ini jauh lebih kompleks, dan seringkali lulusan perguruan tinggi diragukan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah pada dunia nyata.
Apakah semuanya demikian? belum tentu.
Saya menulis ini bukan untuk membanggakan almamater, namun saya merasakan bahwa ketika saya kuliah di Teknik Industri UI, saya benar – benar dilatih untuk bisaย memadukan keilmuan yang saya dapat di kelas dengan masalah kompleks yang ada di dunia nyata.ย Begitu pula, saat saya menjadi dosen mata kuliah tingkat 3, simulasi industri, saya mencoba untuk melakukan hal yang sama : memadukanย tujuan pembelajaran untuk mengasahย hard skillย danย soft skillย sekaligus.
Dalam mata kuliah ini, saya beserta Pak Hariyanto Salim, memerankan diri sebagai seorang klien dari kementrian kelautan dan perikanan yang meminta angkatan 2012 yang berjumlah lebih dari 100 orang untuk menyelesaikan masalah kami agar distribusi rantai pasokan ikan tangkap dapat lebih baik. Mereka diminta untuk membuat sebuah model agar kami (klien) bisa menggunakan model tersebut untuk membantu kami mengambil keputusan dan melihat dampakย what ifย apabila kami mengambil suatu keputusan tanpa harus merusak sistem seluruhnya.
Model sebesar apa yang harus mereka buat? Mereka membuat model rantai pasokan (supply chain) ikan tangkap di seluruh Indonesia. Berikut ini adalahย briefย nya.
Dalam satu semester, mereka diminta untuk membuat model diskrit satu angkatan yang bisa jalan dan kamiย sebagai dosen bisa mengujikan berbagai macam kebijakan di sana. Jika model ini jadi, maka model ini merupakan salah satu bentuk kontribusi teknik industri dalam dunia perindustrian Indonesia khususnya ikan tangkap.
Berlatih untuk Menghadapi Kompleksitas
Untuk mahasiswa semester 6, tugas kompleks seperti ini adalah yang memang seharusnya mereka dapatkan. Bayangkan, betapa kompleksnya mereka mencari data – data yang diperlukan. Seperti misalkan data tangkapan ikan, data persebaran distribusi, data masuk keluarnya ikan di pelabuhan ikan, mencari entitas, lokasi, dan lain sebagainya. Bahkan, jika tidak menemukanย data mereka langsung terjun ke lapangan untuk mencari data – data yang diperlukan.
Mereka juga dilatih untuk mengasahย hard skillย atauย keterampilan teknis mereka dalam membuat kode – kode program dalam model mereka. Mereka diasah untuk bisa menguasai keterampilan teknis dari pemodelan sistem dan penggunaan ProModel dalam memodelkan sesuatu yang riil.
Kebayang kan kompleksitas sistemnya? Di siniย hard skillย mereka dituntut untuk bisa lebih baik lagi agar modelnya selesai.
Berlatih Bekerjasama dalam Tim
Inilah kemudian aspekย soft-skillย dalam tugas besar simulasi industri. Tugas ini diberikan kepada 1 angkatan yang terdiri dari 100 orang lebih. Mereka ditantang untuk membuat struktur organisasi efektif. Mereka juga ditantang untuk menerapkan prinsip – prinsip manajemen proyek yang tepat. Tidak jarang, membuat model seperti iniย memercik konflik – konflik internal di dalam angkatan.ย Disiplin dan komitmen adalah kunci, diiringi dengan kepemimpinan yang baik.
Jika sekilas melihat kompleksitas modelnya, bukan tidak mungkin model dikerjakan dengan memecahnya jadi model – model kecil lalu di mergeย (gabung)ย menjadi satu. Pendekatan ini tentu memiliki risiko yang besar : jika ada satu model kecil yang tidak cocok, maka seluruh model tidak akan bisa berjalan.
Angkatan 2012 benar – benar sedang dilatih bagaimana menangani konflik seperti ini untuk meningkatkan kapasitasย soft-skill mereka. Jika mereka bisaย performย dan modelnya sesuai dengan ekspektasi, maka kami sebagai klien (dosen) akan memberikanย good rewardย berupa nilai yang bagus. Namun jikaย modelย corruptย atau tidak bisa jalan, maka kami akan berlakuย bagaimana selayaknya seorang klien yang tuntutannya tidak terpenuhi.
Kesimpulan
Sampai saat ini, saya masih mendapat kabar bahwa model masih dalam tahap proses dan saya masih menanti hasilnya. Namun, pembelajaran berbasisย pengembanganย softย danย hardย skill seperti ini yang biasanyaย tidak dilihatย oleh mereka yang mengatakan ‘jangan kuliah’ yang sebenarnya mungkin hanya sebagai alasan pembenaran kemalasan mereka untuk kuliah. Pengembangan kuliah berbasisย soft skillย danย hard skillย akan sangat berguna baik untuk pengembangan pola pikir, karir, dan bahkan pengembangan bisnis jika peserta didik memutuskan menjadi seorangย entrepreneur.
Dealing with complexityย adalah salah satuย skillย terpenting untuk sukses bukan?
Bagaimana menurut Anda?