LAGI-lagi berita duka dari dunia pendidikan Indonesia. Khususnya untuk saya yang selama ini sedang berjuang untuk membantu membuat bangsa Indonesia ini lebih baik dengan memperbaiki generasi mudanya. Ada hal apakah? Ya, lagi-lagi tawuran antar pelajar. Pekan lalu media sangat gencar memberitakan tewasnya Alawy, siswa SMA Negeri 6 Jakarta yang dihabisi oleh siswa dari SMA negeri 70 Jakarta. Belum lama berselang, kemudian kita diberi kabar tidak mengenakkan dengan tewasnya Denny Yanuar dari SMK Yayasan Karya 66 yang menjadi korban setelah dihabisi siswa dari SMK Kartika Zeni.
Kenapa sih masih ada tawuran dan pelajar yang saling menyakiti satu sama lainnya?
Ingat Orang Tua Di Rumah
Bagi teman-teman pelajar Indonesia yang masih suka tawuran, pernahkah berpikir betapa kecewanya orang tua jika mengetahui anaknya ikut tawuran? Kita disekolahkan untuk menuntut ilmu, memperbaiki bangsa ini, menebar kebaikan. Uang yang dikucurkan dengan keringat oleh orang tua kita apakah layak jika dipertanggungjawabkan dalam bentuk tawuran dan menyakiti teman dari sekolah yang lainnya?
Prestasi Apakah yang Sudah Kita Torehkan?
Merasa hebat dan dibilang berani karena berada di garda depan saat tawuran? Bayangkan, seandainya mati karena tawuran, bukan gelar pahlawan yang didapat tapi mungkin adalah rasa syukur dari banyak orang karena diri kita sudah tiada. Mungkin mereka perlu ziarah ke TMP Kalibata dan melihat betapa banyaknya nyawa yang melayang karena memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia tercinta ini. Mereka terus dikenang, hingga saat ini karena capaian mereka. Mereka dikubur di tempat yang layak dan penuh dengan penghormatan.
Sementara bagi pelaku tawuran, apa yang sudah kalian hasilkan? Apakah menang dan bisa menghabisi teman dan kawan satu bangsa itu adalah sebuah kebanggaan? Ke manakah hati nurani kalian?
Penyesalan Akan datang Belakangan
Bayangkan kisah tragis yang menimpa Alawy dan Denny. Semua penyesalan akan datang belakangan. Bahkan harus menunggu nyawa melayang. Pertanyaannya, bagi mereka yang sering tawuran, pernahkah membayangkan bahwa yang terbujur kaku itu adalah dirimu sendiri? Seandainya kemudian kamu mati dalam tawuran, bagaimana kamu mempertanggung jawabkan hidupmu kepada yang maha kuasa? Padahal usiamu masih muda, masih banyak karya yang menunggumu untuk diukir.
Bagaimana jika seandainya malaikat bertanya, “untuk apa kamu gunakan masa mudamu?”, “prestasi apa yang telah kamu torehkan?”, “sudahkah kamu berbakti kepada orang tuamu?”, kamu mau jawab apa? Apakah tujuan kamu diciptakan adalah untuk menyakiti yang lainnya?
Sebagai penutup, yuk mulai biasakan bahwa saat ini udah ga zaman tawuran dan menyakiti bangsa sendiri. Lihat kemajuan bangsa-bangsa lain, China, Singapura, Malaysia, India, Korea, Jepang, mereka sedang sibuk mempersiapkan diri mereka untuk bisa terus kompetitif dan mampu menjadi negara-negara berpengaruh di dunia. Kalau generasi muda Indonesia masih berjiwa ‘barbar’ seperti itu, kapan bangsa ini bisa maju?
So, let’s say Tawuran NO! Berprestasi YES!
Merasa tulisan ini bermanfaat? Silakan share ke jaringan yang Anda miliki. Ingin berkomunikasi lebih lanjut dengan saya? Silakan Follow @ArryRahmawan
